The Positive Sides
December 05, 2020
Beberapa
hari lalu sempat ngebahas tentang adiksi, dan.. di postingan itu aku bilang
kalau smartphone sama sosmed adalah adiksiku. Terus hari ini, tema dari 30 days
writing challenge adalah sosial media.
Kalau
dipikir-pikir nggak adil dong cerita jeleknya sosmed mulu. Sosmed ada bagusnya
juga kok. Dari sosial media aku dapat banyak hal.
Waktu
pertama kali nyemplung ke facebook, di situ lah aku ketemu 2 bloggers favoritku
yaitu Samandayu dan Mpok Vina. Karena mereka berdua, aku jadi tahu apa itu
ngeblog dan mulai menulis sendiri, bukan yang ngepost artikel copas-an. Dan
akhirnya udah 10 tahun ada di dunia ngeblog.
Karena instagram,
hobi foto-fotoku tersalurkan. Inget banget tahun 2017, aku lagi suka-sukanya
sama travel influencer. Soalnya foto mereka kece-kece. Favoritku ada @iw.wm,
@kadekarini, dan @her_journeys. Dan tiap kali travelling selalu berusaha untuk
punya foto kece kayak mereka. Emang effort sih, kesana kemari bawa tripod sama
kamera sendiri. Tapi kalau udah dapet hasil foto yang di mau tuh seneng banget. Gara-gara itu, aku jadi suka ngulik-ngulik soal fotografi.
Dua tahun
setelahnya, aku mulai berubah haluan. Travelling bukanlah prioritasku lagi. Aku
mulai unfollow akun-akun tadi, lalu menggantinya dengan akun finance, ada Andhika
Diskartes, Philip Mulyana, dan Prita Ghozie. Dari mereka aku mulai belajar
banyak soal menata keuangan. Impact nya gedhe banget di aku. Jadi mindful buat
ngegunain duit. Yang mantulnya lagi, dapat bonus punya habit buat saving.
Setelah
urusan finance, aku juga tertarik sama self-development. Favoritku ada
Jonathanend dan Fellexandro Ruby. Mereka berdua kacau sih, selalu bisa masuk
gitu ilmunya. Paling seneng kalau mereka berdua bikin story, karena pembahasannya
berbobot banget! Ntar aku kasih salah satu pembahasan yang dibawain
Jonathanend.
Selain dua
hal tadi, aku juga menggandrungi topik relationship, psikologi, dan kesehatan
seksual. Habis ketemu Andrea Gunawan, Inez Kristanti, dan Sisil, berasa
tercerahkan aku tuh. Stigma relationship yang selalu digambarkan melalui
tingkah posesif dan cemburu, dijelaskan dengan baik melalui pendekatan
psikologi.
Kenapa ada
orang yang masih bertahan dalam satu hubungan padahal dia udah disakiti secara
verbal dan fisik, bahkan sampai diselingkuhi. Itu ada alasannya, nggak
semata-mata hanya karena cinta itu buta. Terus dikasih pembahasan, gimana
caranya memelihara dan mengarahkan kita pada healthy relationship. Dan yes, aku
mempraktekkan itu sama si partner.
Karena
ilmu-ilmu bermanfaat ini, aku sama si partner berusaha membangun relasi yang
sehat. Kerasa banget manfaatnya saat kami sedang arguing. We are able to
discuss the problem and reach a solution.
Yang
terakhir deh, karena instagram juga, aku ketemu lagi sama Tyo. Dan kita
berkolaborasi lewat 2 challenges, 30 days story challenge dan 30 days writing
challenge. Selama 30 hari, menggembleng diri sendiri dengan nulis di blog. Nih
kayak sekarang ini.
Sosmed itu
kayak pisau bermata dua, kalau kita tahu bagaimana cara menggunakannya, manfaat
yang kita dapat. Sebaliknya, kalau nggak tahu caranya, bisa-bisa menyakiti diri
sendiri. Sampai detik ini aku masih belajar bagaimana caranya mengurangi
adiksiku pada sosmed. Untuk saat ini aku ngitungnya sebagai biaya yang harus aku bayarkan ketika
akhirnya memutuskan terjun dan ikut nyemplung di jagad maya.
6 komentar
Segala sesuatu pasti ada kebaikan dan keburukannya.Medsos pun demikian.
ReplyDeleteBagaimana cara memaksimalkan kebaikannya dan meminimalkan keburukannya seharusnya menjadi tujuan.
Bukan sebuah hal yang mudah karena di sana ada "jebakan" dimana orang bisa terlalu menikmati apa yang dilakukannya dan bukan mencari sesuatu yang bernilai. Lantas, mereka mencari pembenaran terhadap apa yang dilakukannya.
Iya nggak sih #aku ngomong apa yah.. kayaknya kalau ke sini jadi begini.. :-D
Haloo mbak Pipit. Aku akhir-akhir ini, hampir setiap hari selalu baca update tulisan mbaknya, tapi bingung mau komen apa. Hiihi. Over all, banyak hal yang aku sepakat dari tulisan-tulisan n opini mbak pipit. Pun, juga dari screenshot yang dishare di sini. Sepakat, kalo kita ga harus banyak pamer di media sosial. Jatuhnya malah menyushakan kita sendiri, kredit lah, hutang lah, pinjaman online lah, dsb..
ReplyDeleteTergantung penggunanya ya 😂 hal buruk yang aku alami dari pemanfaatan sosmed adalah scroll2 ga jelas. Padahal waktunya bisa dipakai buat yang lain. Walaupun kadang dari scroll ga jelas dapat bahan bacaan yang mengedukasi wkwkwk
ReplyDeleteYuhu setuju banget kalau sosmed itu bagaikan pisau bermata dua...
ReplyDeleteSama kaya pipit, aku juga lagi belajar bagaimana cara memanfaatkan sosmed agar bisa ngasih hal positif ke aku..
Salah satunya mulai fokus sama influencer2 yg memiliki interest yg sama kaya diri sndiri...
sekilas aku bacanya adik si, ternyata addcition ya, hehehe. semua orang di jaman sekarang kayanya udah adiksi sama gadget dan sosmed. dan yess bener kata kakak, harus bisa menggunakannya dengan baik. maybe for job atau portofolio kita misalnya.
ReplyDeleteNama Koh Ruby disebut aku pun merasa terpanggil wkwkwk waktu doi masih femes sebagai food blogger aku malah nggak terlalu ngikutin, walau iya sih fotonya tuh kece. Eh setelah dia bikin akun @fellexandro malah kepincut banget sama kontennya. Btw, udah PO bukunya belum, Pit?
ReplyDeleteSetujuuu, segala sesuatu itu ada dua sisi, termasuk sosmed. Walau ada masanya aku ngerasa sosmed itu toxic, tapi itu pastinya akunya sendiri sih yang pakainya kurang bijak. Jujur asupan ilmu pengetahuanku banyak dari sosmed, jadi walau sekarang nggak posting sesering dulu, tapi lebih banyak nyimak konten yang dibagikan 😁
If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X