Orang Tua Bisa Durhaka
December 02, 2020
Sebelum
kalian membaca keseluruhan dari postingan ini, aku ingin mengucapkan minal
aidzin wal faidzin, woy yang bener Pit! 😅
Maaf kalau
humorku super garing, hanya ingin mencairkan suasana. Intinya ini salah satu
tulisan ter-absurd-ku, karena jujur tema kali ini, family. Salah satu tema
terkrik-krik selain un animal de compagnie alias pet alias hewan peliharaan.
Yaudah gitu. Kalau nggak yakin, nggak usah dibaca. Lah? 😓😅
***
Dulu aku
nggak ngerti alasan di balik label anak durhaka. Society kita mengajarkan bahwa
nilai orang tua itu mutlak. Jadi kalau ada satu isu, ya yang salah itu yang
muda atau si anak. Jadi pas ngeliatin tayangan-tayangan azab pada orang tua,
atau cerita sejuta umat manusia di Indonesia untuk nakutin anak-anak aka Malin Kundang, semua kesalahan
bertumpu pada si anak.
Sekarang,
di usia dewasaku, aku mulai berpikir ulang. Bukankah cerita azab pada orang tua
dan Malin Kundang hanya dari point of view si orang tua? Mereka yang diberi
azab itu tidak diberi kesempatan untuk menceritakan sudut pandangnya. I mean,
semua kejadian pasti ada alasannya, ada pemantik yang akhirnya membuat pihak “durhaka”
melakoni perannya itu.
Jadi saat
peristiwa berikut terjadi, aku tak ingin hanya melihat dari satu sisi.
“La yo,
mantune Yu Saminah ki gak perasaan.” (La
iya, menantunya Yu Saminah itu loh nggak punya perasaan)
“Kenopo
emange?” (Kenapa emangnya?)
“Yu Saminah
lo loro, lakok ditinggal sepedahan toh karo mantune. Malih Yu Sam ki masakne
gawe wong omah. Bedo karo mantu sing sijine, si Bagus, beneh areke. Ngerti Yu
Sam gak penak awake yo ngomong, ‘Bu, nggak usah masak, aku beli aja’. Ancene
nek entuk mantu ko daerah liyo ki ngunu kuwi lo.” (Yu Saminah itu lagi sakit,
eh malah ditinggal sepedahan sama menantunya. Jadinya, Yu Sam masakin orang
serumah. Beda tuh sama menantu yang satunya, si Bagus, anaknya baik. Kalau Yu
Sam nggak enak badan, dia bilang ‘Bu, nggak usah masak, aku beli aja’. Makanya
kalau dapat menantu beda daerah tuh gitu.)
Dari
percakapan ini sudah ada penggiringan opini, si menantu adalah anak kurang ajar
(yah abis ini disebut nggak tahu diri dan durhaka) karena nggak peka kalau ibu mertuanya
sakit.
Padahal,
kalau kita bijak, jangan langsung samber point of view si Yu Saminah sebagai
orang tua. Kita coba bongkar satu-satu.
Yu Saminah
sakit, dan berharap orang di rumahnya peka. Tapi dari apa yang dilakukan si
menantu ada kemungkinan bahwa si menantu tidak melihat Yu Sam lagi sakit,
karena Yu Sam masih beraktivitas seperti sedia kala. Kita artikan sakit sebagai
tidak bisa bergerak banyak dan stay di tempat tidur.
Daripada Yu
Saminah mempraktekkan jurus bahwa manusia bisa membaca pikiran, kenapa nggak
ngomong aja?
Ini mirip
kejadian dalam sebuah relationship, kenapa akhirnya perempuan dapat stigma
bahwa kita suka kode-kode. Ayo, dinormalisasikan untuk berbicara dengan 3 kata
ajaib, maaf, tolong, dan terima kasih. Kalau dari awal Yu Sam bilang, “Nduk,
maaf.. Ibu bisa minta tolong, sepertinya badan ibu sedang tidak enak, bisa
tidak nanti beli makanan di luar untuk orang rumah? Terima kasih.”
Maka
kejadian melebeli anak sebagai anak atau menantu tidak tahu diri alias durhaka tidak
akan terjadi (dari sudut pandang orang tua dan netijen ganas). Mana lagi tadi nambah-nambahin steriotip
daerah.
Selain
kasus tadi, aku melihat hal lain yang dialami orang tua. Awalnya aku yang masih
kecil dulu beranggapan, bahwa orang tua adalah manusia terbijak di dunia, tapi
sekarang tidak.
Aku baru merasakannya
saat almarhum Mbahku semakin menua. Daya ingat menurun, mulai pakai popok,
dan tingkahnya seperti anak balita. Barulah di situ aku menyadari, siklus
kehidupan manusia. Semakin tua tidak berarti semakin bijak seperti penggambaran
media. Bahkan aku suka parno sendiri, apabila di kala tua nanti, aku akan
berkelakuan seperti anak kecil. Maka dari itu, daripada menyusahkan, lebih baik
mengumpulkan dana pensiun dari sekarang, nanti biar bisa ke panti jompo mewah.
Gambar dari Photo by Anna Shvets from Pexels
7 komentar
Hahahaha itu endingnya, cucok banget mba 😂 By the way, plan saya pun saat sudah tua, sudah nggak sanggup aktivitas, saya sama si kesayangan mau masuk panti jompo mevvah. Biar nggak jadi beban ke anak, dan sebenarnya karena fasilitas panti jompo di Korea bagus-bagus plus bisa dapat banyak teman seumuran, jadi rasanya lebih nyaman 😁 Though ada pikiran mau masuk panti jompo di Indonesia juga, tapi so far jarang ada review-nya.
ReplyDeleteBack to topic, persoalan orang tua durhaka, well, sebetulnya yang namanya orang tua, mereka juga manusia sama seperti kita. Cuma kadang mereka dituntut atau dilihat sebagai sosok sempurna, bahkan ada yang bilang orang tua itu God di dunia. Jadi akhirnya, banyak yang berpikir kalau mereka selalu benar, kata-kata mereka adalah mutlak. Padahal nggak begitu adanya. Mereka bisa buat salah, dan mungkin seperti kata mba Pipit, bisa jadi 'durhaka', terlepas apapun latar belakang alasannya hehehe.
Yaaa, semoga kita bisa jadi orang tua yang bijak, karena kita nggak akan tau bagaimana kelak keturunan kita melabeli kita. Bisa jadi kita sudah berusaha maksimal sebagai orang tua untuk anak-anak kita, namun mereka berpikir kita ini 'durhaka' atau salah. Yang penting keep trying to be better dan doing our best ya, mba 😍💕
pemikiran yang bagus, Kak Pipit! Apalagi bagian endingnya. Sungguh bukan sesuatu yang biasa di sosial kita terkait panti jompo. Kebanyakan orang berpikir bahwa orangtua yang di panti jompo = diterlantarkan, padahal belum tentu. Seperti apa kata Kak Pipit perihal anak durhaka. jangan-jangan benar cerita Malin Kundang sebenarnya bukan begitu 🤣 my whole life it's been a lie wkwkwkw
ReplyDeleteBeberapa waktu yang lalu juga sempat ada ribut-ribut soal orangtua durhaka di Twitter. Ada kubu yang bilang orangtua seperti itu sebaiknya yaa diabaikan/ditinggalkan saja kalau memang udah sangat merugikan diri kita, ada juga yang bilang mau gimanapun mereka tetap orangtua kita.
ReplyDeleteDi budaya kita bahkan 'memberitahu' orangtua pun masih banyak yang bilang ga sopan lah, melawan lah. Padahal sah-sah aja kan, toh orangtua ga selalu lebih tau segalanya.
Aku juga berpikir tinggal di panti jompo saat usia kita udah lansia kayaknya malah menyenangkan. Karena kita berkumpul dengan orang-orang yang seumuran dengan kita, jadi ga akan merecoki kehidupan anak dan cucu 😄
Aku suka pusing kalo bahas topik ini hahahahahaha masuk panti jompo juga sudah jadi bahan pertimbanganku kalau dikasih umur panjang but who knows the future wkwkwkwk
ReplyDeleteYo wis.. karena saya termasuk "orang tua"..saya mlipir ah..#takut digebukin... wakakakakakak..
ReplyDeletePOV yang bagus Pit... pemikiran logis seperti biasa.. 👍
Enggak ingin terpancing dalam membahas orang tua, karena saya lumayan punya banyak problem. Ahaha.
ReplyDeleteApakah benar ucapan orang-orang bijak, daripada tua dan menyebalkan, mending mati muda gitu, ya? Saya juga ingat soalnya bagaimana salah satu Mbah yang udah pikun, sering marah-marah saat dikasih tau, betulan jadi kayak bocah lagi. Saya enggak pengin terlalu melihat hari tua saya, tapi ya benar-benar ada rencana agar kelak nanti sebisa mungkin enggak merepotkan anak dan cucu. Karena sebagian orang tua saat ini sepertinya merasa kecewa jika sang anak hanya sedikit membantu mereka, atau jarang silaturahmi lagi. Entah dari film atau yang saya perhatikan di sekitar, ada yang cukup kirim uang secara rutin tapi kehadirannya nyaris nol, sedangkan ada juga yang dekat dengan mereka, membantu semaksimalnya, tapi urusan uang ini pas-pasan. Secara enggak langsung dituntut bisa memenuhi dua hal tersebut. Hmm.
Thanks greatt post
ReplyDeleteIf you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X