You Know Your Worth
November 25, 2020
Jaman SMP dulu aku penasaran, kenapa sih cewek nggak boleh
nembak duluan? Soalnya semua orang bilang kalau tugasnya cewek itu ya menunggu.
Jadi kalau suka sama cowok dipendam aja. Kasih kode-kode biar mereka tahu. C'mon, I hate the concept of human as a mind reader.
Ketika pertanyaanku diajukan, jawaban semua orang adalah
tipikal jawaban yang mematikan intuisi rasa ingin tahu, “Ya pokoknya gitu, udah
nggak usah tanya deh, pasti nanti kamu mengerti.”
Masalahnya mengerti itu seperti apa woy? Apa tandanya kalau
aku mengerti dan memahami? Cuman disuruh nunggu, ya kali ada yang suka
sama aku. And guess what, I confessed my feeling to someone that I liked in junior
high school. Selain karena suka, aku pun penasaran, apa benar setelah mengungkapkan
perasaan, aku ini manusia hina karena melanggar norma yang nggak jelas penciptaan
dan tujuannya. Karena setelah melakukan itu aku baik-baik saja, malah terkenal seantero sekolah. 😆
Lalu saat sudah bekerja, semua orang akan bilang tugas perempuan
itu hanya berakhir sebagai istri dan ibu. Jadi percuma sekolah tinggi-tinggi dan jadi wanita karier,
karena ujung-ujungnya akan menikah dan punya anak. Karena kebahagiaan seorang
perempuan itu dinilai ketika dia menjadi seorang istri dan ibu, belum lagi
predikat wanita sempurna yang disandingkan sebagai tambahan embel-embelnya.
Aku ingin bertanya lagi, kenapa begitu? Kenapa sebagai
perempuan aku tidak punya kesempatan yang sama seperti laki-laki? Bekerja,
punya karier mapan, mandiri, dan happy karena aku berdaya. Cuman ya gitu, aku
udah males karena jawabannya tipikal jawaban membunuh.
Secara tidak langsung aku pun sedang bereksperimen dengan
itu, sampai saat ini aku belum menikah dan tentu saja belum ada anak. Mencoba membuktikan apakah referensi orang-orang yang seakan-akan
memberikan tendensi bahwa kebahagiaan perempuan hanya datang saat ia menikah dan
memiliki anak itu valid?
Semakin kesini, dengan sejumlah informasi yang aku dapat. Aku
mulai memahami bahwa sistem dan budaya menjadi salah satu faktor yang menggerakkan
manusia dalam berpikir dan bertindak. Bahkan ketika values nya sudah tidak
relevan lagi. Dan ini terjadi dengan "Bagaimana stigma tentang perempuan
terbentuk."
Di masa ini, ketika aku melihat perempuan yang memutuskan
menikah dan memiliki anak, you are an established and complete woman. Dan untuk
perempuan yang memilih single, childfree, doing your job passionately, you are
an established and complete woman also. Kebahagiaan kita tidak ditentukan oleh mereka.
You do you and you know your worth.
9 komentar
Cara wanita kasih kode pada orang yang disukai yang paling baik itu dengan " bilang saya suka kamu "
ReplyDeleteDijamin nggak akan ada salah paham.
😂😂😜😜
Saya punya adik perempuan dan teman yang belum menikah sampai sekarang. Saya cuma menanyakan "Apakah kamu bahagia dengan jalan yang kamu pilih?"
Karena jawabannya "YA", saya cuma bilang "Yo wis.. enjoy your life" 😂😂😂
Simple banget ya saya..karena saya pikir setiap orang berhak menikmati hidupnya dengan caranya dan kemauannya. Bukan hak saya untuk menilai dan menghakimi ..
Wanita atau pria yang tidak menikah tetap seorang wanita dan pria utuh..tidak menjadi hanya 1/2
Pemikiran yang bagus Pit 👍
Tuh kan, Mas Anton juga setuju. Kalau suka ya bilang. Gitu kan Mas? 😆
DeleteLoh, yang simple kayak Mas Anton ini nih yang perlu dikembang biakkan 😬
*peace mas*
Setuju Mas, apapun pilihan hidupnya, minumnya teh botol sosro. Eh bukan, maksudnya, apapun pilihan hidupnya, mari kita saling menghargai dan support.
Makasih ya Mas Anton 🙏🙏
Yup.. saya setuju bahwa wanita juga memiliki hak yang sana mengatakan suka pada lawan jenisnya. Bagi saya hal itu wajar sajah..😂
DeleteSaya sudah "berkembang biak" dan punya anak satu dengan gaya yg mayan mirip..agak bengal dan keras kepala 🤣🤣 dan sama simplenya
#Tosss Pit
Kalo sampe ada orang yg ngomong begitu ke aku, kalo wanita ga perlu sekolah tinggi Krn hanya jd ibu nantinya, dijamin bakal aku delete dan jauhin orangnya :p. Itu pikiran kok piciknya astaghfirullah :p. Mungkin dia pengen hidup di zaman batu.
ReplyDeleteTapi kalo utk nyatain perasaan duluan, aku sih belum pernh. Palingan cuma ksh sinyal2 aja mba :p. Tapi aku ada temen yg pas zaman sekolah dulu, selaku dia yg nembak cowo nyaaa.. hebatnya slalu diterima juga hahahhaa. Aku salut Ama keberaniannya :).
Ga gampang utk menyatakan cinta ke orang yang disuka. :). Butuh keberanian dan rasa percaya diri tinggi. Aku sendiri masalahnya di confidence itu mba :D
Betul mba Pipit, kita semua, mau sudah menikah, mau belum, punya anak atau nggak, fokus karir atau rumah tangga, kita tetap complete woman. Nggak jadi setengah naga 😂 Makanya suka jengkel kalau ada orang yang mengkotak-kotakan wanita, padahal goals setiap orang beda, nggak semua lho goalsnya menikah dan punya anak. Apalagi semenjak saya banyak biztrip ke luar, ketemu foreigner partners, masih banyak yang usianya over 40, single but happy orangnya karena goals dia memang beda 😁
ReplyDeleteBukan hak kita untuk menilai goals masing-masing orang, dan bukan hak mereka untuk menilai goals kita. Biar~lah setiap insan jalani hidup sesuai jalannya dan tentu sesuai value yang dipunya. Better fokus ke diri masing-masing saja 😆 Semoga sih semakin ke depan, orang-orang semakin paham, kalau ada banyak hal menyangkut orang lain yang bukan urusannya.
Eniho, as usual, good post, mba 😍
huhuuhu, zaman SMP? saya bahkan belom haid, wakakakakak.
ReplyDeleteApalagi mau suka sama lelaki.
Zaman sekarang, bahkan anak SD punya pacar, kumerasa lucu hahaha.
Kalau masalah cewek nembak, sudah pasti bukan saya banget, saya terlalu takut jika cuman saya yang suka soalnya hahaha.
Btw, sebenarnya yang masalah itu, kadang keputusan wanita itu, misal mau nikah kek, mau enggak kek, mau nggak punya anak kek. Yang ribet itu orang lain, bukan keluarga dekat.
Itu bikin esmosi ya rasanya :D
Ya mestinya emang setara. Apaan coba perempuan kudu nunggu, masa cewek yang nembak, atau sejenisnya, sungguh mbelgedes~ Toh, perempuan bilang duluan kan berarti dia berani jujur sama dirinya sendiri, begitu pun sama orang yang dia suka atau cinta. Bisa jadi nih ya, ada cowok-cowok yang justru pengecut buat memulai. Nah, ketika cowoknya takut dan ceweknya cuma bisa nunggu, itu keburu modar rasanya, atau tergantikan orang lain. Haha.
ReplyDeleteYang memilih enggak menikah selama dia bahagia, ya mestinya normal-normal aja. Tapi gimana ya, emang kayak kolot gitu budayanya sejak dulu. Bahkan saya ingat banget zaman SMK, saya diledek seorang teman bahwa kalau saya berpasangan nanti yang cari uang istrinya, sedangkan saya melakukan pekerjaan domestik. Penyebabnya: saya kepergok lagi bantu ibu saya menjemur pakaian.
Kadang saya heran, loh emang kegiatan itu--begitu juga cuci pakaian maupun piring, cuma tugas cewek?
Tapi emang dalam hidup selalu ada yang gemar berkomentar sok tahu, yang berpikiran bahwa ketika laki-laki melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan perempuan merupakan kesalahan, begitu pun sebaliknya. Padahal ya pemikiran manusia sudah kian berkembang. Kok bisa tetap ada yang mempertahankan budaya purba itu.
Waktu masih SMP aku juga pernah bilang perasaanku ke temenku yang aku suka, rasanya lega banget dan alhamdulillah gak ada drama awkward jauhin segala rupa wkwk. Waktu SMA juga pernah, malah jadi temen satu (((geng))) sekarang. Waktu kuliah juga, waktu udah kerja malah semakin males kalau kasih kode-kode hahahahaha. Mau dan cocok ayo, nggak ya udah. Untuk pilihan menikah dan tidak menikah buat perempuan juga harusnya dimaklumi juga di negara ini sama seperti kalau nggak apa-apa laki-laki nggak menikah. Sayangnya budaya patriarki masih menancap kuat di negeri ini wkwkwkwkwk. Males ah didikte sama society, as long as I'm happy I'll do it in my way with full of responsibility. Aku setuju dengan judul tulisan ini.
ReplyDeleteSebetulanya cewe ga perlu menunggu cowo buat bilang suka duluan. Kalau cewe mau bilang duluan malah lebih bagus. Daripada kelamaan nunggu malah ga ada ujungnya. Cowo ga berani bilang, kemudian cewe posisi nunggu. Yaudah ga bakal ketemu kalau gini. :D
ReplyDeleteSemakin kesini, rasanya aku mulai belajar bahwa setiap orang memiliki tujuannya masing-masing. Punya waktunya masing-masing untuk mencapai kesuksesan. Setiap nasib dan pilihan orang berbeda-beda. Hanya orang itu yang tahu apa yang dia inginkan. Ga perlu menunggu validasi dari orang lain. Yang penting menikmati setiap apa yang dikerjakan..hehhehehe
Tulisan yang menarik mbak pipit.
Makasih yaa :)
If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X