From 10 To 20
November 18, 2020
Pertama kali aku kenal blog di tahun 2010, saat itu pelajaran
TIK dan kami diberi tugas untuk membuat blog. Setelah pelajaran selesai, eh keterusan. Cuman yang jadi bahan tulisannya itu copasan, copasan dari blog terselubung yang isinya fakta unik menarik. Ada yang masih ingat dengan blog
terselubung(dot)in?
Sempat berhenti sejenak, lalu menulis lagi. Di masa itu ada dua
blogger idola yang membuatku semangat menulis, Samandayu dan Irvina Lioni.
Samandayu dengan tulisan yang vulgar dan berani, lalu Mpok Vina (sapaannya
Irvina Lioni) yang suka membuat tulisan kocak ala anak Betawi.
Yang bisa aku ingat dari masa itu adalah aku suka menulis
cerpen, aku menulis tentang konspirasi, dan opini-opini yang bias. Sayangnya
tulisan-tulisan ini tidak bisa aku akses lagi, karena blognya sudah kuhapus. Untungnya,
arsip 2011 masih ada.
I’m just reading that (again) and I feel ashamed because
of the alaynese. And you know what? I think I’m hypnotized by the post. Soalnya
pas nulis postingan ini, vibes tahun 2011 kek merasuk gitu, aing maung!
Memasuki tahun 2012-2015, aku masih menulis, ikut komunitas
juga di Kancut Keblenger yang digawangi oleh Mpok Vina. Baru di tahun 2016 aku
mulai join komunitas baru bernama Blogger Energy. Di tahun ini, aku
ngebet juga tuh sama monetasi blog. Lumayan lah dapat duit buat jajan.
Kalau dari karakteristik tulisan, nggak beda jauh dengan
2011. Tiap kali nulis opini, bawaannya
subjektif, bias, dan marah-marah. Kalau dibaca lagi tuh kayak gimana gitu, merinding
disko sama diri sendiri. Belum lagi tingkat kealayan yang semakin meningkat. Aku
niat banget nge personal branding in diri dengan sapaan incess. Kocak!
Memasuki tahun 2017, tiba-tiba banting stir jadi travel
blogger, biar kayak Takdos yang punya whateverbackpacker(dot)com. Nggak
cuman di blog, instagramku ala-ala travel influencer juga. Eh jebule,
cuman bertahan setahunan aja.
Sampai di tahun 2019-2020, tahun yang ajaib, tahun yang membuatku
banyak belajar. Perjalanan menulis melalui blog menjadi salah satu cerita yang
paling mengesankan. Jejak digital yang sudah aku tinggalkan sejak tahun
2011 menjadi saksi bahwa I change and I get more perspectives.
Walaupun masih suka merinding disko waktu baca postingan
lama, tapi mereka semua adalah aku. Aku yang berusaha mencari tahu siapa aku,
apa inginku, dan bagaimana aku menyampaikannya dalam bentuk tulisan.
Beberapa waktu lalu, saat blogwalking, ada satu postingan blog
yang membuatku marah, “Kok dia nulisnya gini sih? Kamu tuh coba research
dulu, baca-baca biar pas nulis nggak membenarkan opinimu sendiri!”
Tapi beberapa saat kemudian, saat aku membaca ulang
tulisannya, ada satu perasaan. Perasaan yang familiar, “Kayak kenal sama
tulisan ini, tapi di mana?”. Setelah itu aku baru sadar kalau tulisan itu mirip
dengan gayaku menulis di tahun 2011-2015.
Marahku hilang dan berubah menjadi harapan, “Semoga orang
yang menulis ini mau membuka dirinya agar tidak bias dan menjadi lebih objektif
dalam memandang suatu hal.” Tolong diaminkan yaa..
Ngomong-ngomong, mau nutup postingannya kok bingung sendiri milih kalimatnya. Pokoknya, kalau ketemu tulisan yang bias, membenarkan opini sendiri, aku selalu keinget diriku yang pernah ada di stage itu.
Aku
perlu waktu dan proses hingga akhirnya tahu kalau menjadi fanatik dengan opini
sendiri itu nggak baik. Perlu keterbukaan diri untuk mengakui ketidaktahuanku.
Jadi lebih baik aku diam, diam-diam learn, unlearn, and relearn. Sampai benar-benar yakin bahwa insights atau values
ini pantas untuk dibagikan.
14 komentar
Blogging adalah tentang proses Pit..Bukan sekedar hasil.
ReplyDeleteSemua yang kita tulis mencerminkan kita di suatu masa.
Makanya saya juga nggak menghilangkan tulisan lama karena saya bisa menengok ulang diri saya di masa lampau 😂😂
Makasih wat pengingatnya yah 👍
Betul mas, kalau nggak ada proses, aku pun nggak akan sampai di sini.
DeletePostingan lamaku kalau dibaca lagi kocak semua, terus malu gitu mas.
Sama-sama Mas Anton, terima kasih juga sudah membaca postinganku :)
Salah satu hal yang aku suka dari blogging adalah to be open minded dan bisa 'learn, unlearn, and relearn' untuk bisa bisa berkembang baik dengan kehidupan luar dan didalam dirinya sendiri.. ah the beauty of blogging haha
ReplyDeleteoiya, aku juga bisa relate dengan ke-alay-an dalam menulis blog haha
aniwai, menarik sekali mbak pembahasan blogpost ini <3
Menulis itu jadi salah satu cara buat mindful dan mengenal diri sendiri. Ya emang sih nggak bakal langsung ada ditahap super dan tahu segalanya. Cuman prosesnya ini yang bikin kita menuju the best version of us. Makanya selama 10 tahun terakhir, walaupun kadang suka vakum dan nggak nulis, eh ujung-ujungnya balik lagi ngeblog.
DeleteBtw, thank you Mbak Aqma <3
Bener banget suka merinding sendiri baca tulisan lama xD bukan menrinding ngeri tapi menrinding cringe. Sengaja nggak dihapus walaupun begitu haha, dijadikan sebagai pengingat kalau jangan balik ke masa-masa (((belum terdidik))) seperti dulu.
ReplyDeleteWkaakkaka..
DeleteThe cringe feeling is real!!!
Mau baca tapi gimana gitu nggak sih? Terus entah kenapa habis baca tulisan lawas jadi kayak kehipnotis dan gaya nulisnya ikutan yang lawas juga. Ini part teraneh kalau di aku XD
Kalo aku, selama blog itu adalah personal blog yang sepenuhnya soal personal dan opini, aku ga pernah mau melangkah ke tahap 'mau membenarkan' dengan juga opini atau pemahaman yang kita punya. tapi kalo 'mengingatkan' dengan cara baik misalnya seakan kita komen tentang apa yang kita tahu tentang satu hal tanpa menyalahkan opininya, it's better,
ReplyDeletemenurutku, semuanya harus memenuhi dua hal, baik dan benar: isinya benar, tapi juga disampaikan dengan baik. kalo salah satunya ga terpenuhi, kyknya gimana gitu ya...
Dan iya, setiap orang memiliki timingnya sendiri, prosesnya sendiri dalam memahami sesuatu sehingga berubah jadi yang lebih baik.
Kalo pipit melihat masa lalu dan merasa 'ga suka' mungkin itu pertanda bahwa pipit sekarang berubah menjadi jauh lebih baik.
Iya betul, aku setuju.
DeleteMemang ada kelemahan dipengendalian diriku saat membaca postingan tadi.
Jadi memang sebaiknya dari awal netral, tidak menaruh ekspektasi.
Btw, thank you Ady!
Heyy aku pun member Kancut Keblenger lho, dulu inget banget ada member card digitalnya gitu kan yaa hahaha.
ReplyDeleteAku mulai nge-blog beda setahun sama Pipit, tahun 2009. Isinya jangan ditanya.. curhatan galau anak alay yang suka gonta-ganti gebetan. Wkwk. Aku baru bener-bener nulis bener dan aktif tahun 2016 (yah setelah kejadian negara api menyerang) sampai sekarang. Yaah walopun sekarang lagi kurang produktif nulisnya, tapi seenggaknya sebulan sekalilah ya. Gara-gara blog juga aku bisa kenal sama kamyuuu. Kalo nda salah aku pertama kali baca tulisanmu yang ikutan lomba blog tema Labuan Bajo.
Dalem hatiku: "Wih ini cewek pasti bakalan menang deh"
Eh, beneran menang kan, Pit :')
Teh Nesaaa!!!
DeleteKumaha teh?
Walaupun di IG saling melihat, tapi kalau udah masuk ke blog tuh vibes nya beda!
Tanpa blog, aku g bakal kenal teteh dan sampai temenan juga di IG.
Gpp teh, take your time. Pasti sekarang teteh lagi ngerjain sesuatu, yang lebih prioritas.
Yaampun, itu giveaway taun kapan? Teh Nesa masih inget aja! 😭😂
Aku turut senang karena Kak Pipit sekarang udah bertumbuh dan berkembang menjadi lebih baik :D
ReplyDeleteKalau dipikir, blog itu seperti rapor ya hahaha. Kalau ditengok ke lembar sebelumnya, jadi bisa tahu sejauh mana kita berubah :D
Wahahaha sama mba, lihat tulisan saya tahun kemarin saja banyak bedanya sama sekarang. Kayaknya tahun kemarin tuh saya tipe blogger pemalas dan asal-asalan deh hahahaha 🤣
ReplyDeleteWell, yang penting kita tetap berproses ya. Saya pribadi kalau beda pendapat biasanya diam. Semisal ada teman blogger tulis ini itu nggak sesuai sama pemikiran saya ya nggak apa-apa. Namanya opini ya, kan 😆 Tbh, saya bukan tipe pendebat sih mungkin karena itu lebih suka di tengah dan moderate. Hahaha.
Yang namanya bias bias kecil pasti ada pada setiap perjalanan kita para blogger yang hobi berbagi pemikiran. Selama nggak mengandung SARA, saya masih oke, karena seperti mba Pipit, kita semua akan masuk fase learn, unlearn dan relearn 😆💕 Semangat untuk kitaaaa~
Tahun 2010 kok saya enggak dapat ya tugas bikin blog. Baru bikin ya 2012 akhir sejak lulus sekolah. Ahaha.
ReplyDeleteWaktu itu menulisnya kacau banget yang jelas. Mulai 2014 sok-sok bikin tulisan yang memotivasi, seakan menggurui banget. Sekitar 2015-2017 belajar kepenulisan komedi. Tahun-tahun setelahnya menggeluti fiksi. Khususnya tema kesedihan. Efek kena racun gagasan dari penulis kesukaan, Mbak Linda Christanty: ternyata kesedihan bisa menimbulkan orgasme. Sialnya, saya ikutan jadi melankolis dan pemurung juga.
Saya enggak tahu sekarang tulisannya model apa, kayaknya mah campur aduk dan tidak jelas. Satu-satunya yang jelas: saya enggak ada beban buat memuaskan pembaca kayak dulu-dulu. Buat diri sendiri aja. Selama diri sendiri puas, ya udah.
Kayanya rata-rata blogger itu berasal dari sekolah... Saya pun begitu, tau blogger yah dari sekolah.. Tapi nggak pernah tertarik buat nerusin.. Terus baru pas kuliah mulai nulis pelajaran dikit2 hasil copasan.. terus vacuum lagi smpe lulus kuliah..
ReplyDeleteBegitu lulus dan hidup nggak berjalan semestinya.. Lontang lantung 9 bulan tanpa pekerjaan. Akhinya ngide buat bikin blog...
Tulisannya masih nano-nano belum terbiasa.. Gaya penulisannya juga masih jelek. Kadang sampe malu sndiri kalau baca tulisan sndiri dulu.
Tapi yah emnk proses itu ada dan saya bisa merasakan perubahannya...
Hahaha iyah saya juga tau itu blog terselubung.. Sering banget bacanya.. skrang itu blog masih ada nggk yah??? wkwk
Semangat mba pipit buat ngeblognya.. hehhe
If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X