Menilik Tilik
August 24, 2020
Sebagai orang Jawa, waktu mendengar judul Tilik aku nggak sadar
kalau ini salah satu kata dalam Bahasa Jawa. Di tempatku sendiri, mayoritas
kami lebih sering menggunakan kata nyambangi untuk menjenguk orang sakit
ketimbang tilik. Kesadaran ini muncul ketika aku menonton film Tilik sampai
selesai. Oalah, iki mang critone ape nyambangi Bu Lurah tibake!
Film ini mulai viral seminggu terakhir, bisa dilihat
dari jumlah views yang ada di channel youtube Ravacana Films, yang sampai posting an
ini naik sudah mencapai 9,8 juta views. Belum lagi karakter Bu Tejo yang muncul
di mana-mana.
Aku sangat tertarik dengan karakter Bu Tejo ini, banyak netijen yang bilang kalau Bu Tejo ini mulutnya pedas, kita sebagai penonton kudu ati-ati. Bisa-bisa kita yang sebel sama Bu Tejo.
Di situ aku berpikir,
apakah karakter Bu Tejo ini secara tidak langsung menyindir kehidupan netijen? Kok
sampai marah-marah dan sebel gitu? Atau, mungkin apa yang Bu Tejo tampilkan
memiliki nilai ketersinggungan tersendiri bagi sebagian individu?
Selain karakter Bu Tejo yang menarik, scene ngegosipin orang
di atas truk itu asyik banget. Tiba-tiba aku jadi teringat dengan buku Sapiens.
Di buku ini disebutkan adanya teori gosip, teori yang membantu manusia untuk
berevolusi, karena dengan gosip, manusia mampu bekerjasama dan menghimpun
kekuatan.
Gosip biasanya berfokus pada kesalahan, dan yang menjadi
kesalahan di sini adalah karakter bernama Dian. Perhatikan bagaimana Bu Tejo
menggiring opini dan menyatukan kekuatan ibu-ibu satu truk untuk berhati-hati
pada karakter Dian.
Lalu adegan ditilang polisi, Bu Tejo dan sekutunya bekerja
sama untuk melawan peraturan dengan ancaman bahwa ia memiliki saudara polisi
yang berpangkat bintang jejer lima didukung dengan seruan dasyat ibu-ibu
lainnya, akhirnya mereka menang. Padahal kita nggak tahu, Bu Tejo ini beneran punya
saudara polisi apa nggak. Tapi terlepas dari ajaran apapun, gosip merupakan
salah satu alat bersosialisasi yang kita lakukan dalam keseharian untuk
mendapatkan simpati dan dukungan dari orang lain.
Ngomong-ngomong soal karakter Dian, saat menonton film ini
aku semakin yakin bahwa kita sebagai manusia tidak ada yang benar-benar putih
atau hitam. Semua individu adalah abu-abu. Apa yang aku percayai dan aku anggap
benar, belum tentu benar untuk kalian. Apa yang Dian lakukan di film Tilik
adalah sebuah kesalahan di mata Bu Tejo dan sekutunya, namun bagi Dian ini
adalah jalan yang ia percayai dan sanggup ia tempuh.
Dan yang terakhir jargon paling hits dari Bu Tejo, “Dadi
wong mbok yo sing solutip”. Apa yang disampaikan Bu Tejo dari sekelebat kalimat
tadi kayak nyuruh aku buat jadi orang yang punya growth mindset, bukan fix mindset.
Dan yah, aku sedang berusaha untuk ada
di level itu. Karena beberapa kali aku merasa tertolong dengan menjadi orang
yang solutip.
Salah satu hal yang aku notice adalah caraku berfikir untuk
diriku sendiri. Sesederhana ketika aku menghadapi PMS. Ketika aku malas tahu
tentang tubuhku, yang kena damprat biasanya partner ku, dan jujur kalau pas waras,
merasa bersalah.
Tapi semenjak aku belajar bahwa tubuh manusia itu ajaib, aku
jadi tahu apa yang harus aku lakukan saat PMS. Menjadi orang solutip dengan
menulis journal, men tracking kondisi mood, gejala PMS, dan juga vaginal
discharge. Sejauh ini, dengan melakukan hal solutip tadi, aku lebih aware dengan
kegiatan atau hal-hal yang mampu membantuku meminimalisir mood swings ku saat PMS.
Dan yang pasti, partner ku lebih tenang dan cenderung siaga memberikan
perhatian saat aku memberi pesan, “Kayaknya aku bakal PMS tanggal sekian deh”.
Wait, berasanya aneh nggak sih dari ngomongin film Tilik berujung PMS. Efek long weekend gini amat yak..
18 komentar
Aku sendiri belum nonton Tilik sih mbak, tapi jadi penasaran juga gimana ceritanya haha. Apalagi setelah banyak liat orang rame beropini di twitter yang pro dan kontra mengenai ending cerita ini yg dibilang gak memuaskan, uneducated, dan mengajarkan kita bahwa orang yg nyebarin hoax itu menang. Walaupun belum nonton, dari perdebatan itu aku menyimpulkan bahwa bisa saja film ini memang bukan untuk menunjukan bahwa hoax itu harus diperangi, tapi mengedukasi lewat gambaran cerita yg sebetulnya cerminan dari realita. Kayak ditampakan, "nih lihat nih di sekeliling kalian banyak yg seperti itu, mbok ya sadar". Masalahnya kalau ending harus sesuai dengan ekspektasi penonton, terkadang message yg kita terima hanya sebatas, "oh ya, film yg bagus". Padahal dengan begini kita bisa dibuat mikir, kayak "apakah kita disuruh self-reflek untuk gak seperti bu Tejo, dkk, ya". Hehehehe
ReplyDeleteSemoga walaupun belum nonton kesimpulanku nggak ngaco ya mba haha, abis lucu dan seneng ngeliat orang mendiskusikan ini. Seakan-akan film itu harus selalu punya message dan misi, padahal jelas aku rasa film Tilik ini pun dibuat dengan pesan, hanya saja penyampaiannya berbeda dengan film kebanyakan.
Bisa ya dibuat konten dengan mengambil filosofi filosofi yang terkandung
ReplyDeleteSama kayak mbk awl saya juga belum sempat nonton tilik. Tapi film pendek ini emang lagi viral banget apalagi si bu tejo. Jadi tema film ini tentang pergosipan ya, hal yang jadi kebiasaan orang indonesia dari dulu. Mungkin karena itu banyak yang sebel😂 dan jadi viral. Saya mau nonton deh nanti😁
ReplyDeleteGosip adalah fakta yang tertunda, Mbak 😁😁
ReplyDeleteBtw, waktu nonton Tilik di awal kita semua nyalahin Bu Tejo, suka ghibah dan sebagainya. Padahal aslinya Bu Tejo juga nggak sepenuhnya salah.
Tapi di sisi lain, sebenernya di sini filmnya juga ingin menonjolkan kekuatan perempuan sih. Di mana ada Gotrek dan Pak Polisi yang "kalah" dengan ibu-ibu tersebut. Jadi, aku nangkepnya sih "Wanita Selalu benar“. Heheh
Btw, Bu Tejo asli kota sebelahnya Kediri, Mbak. Asli Blitar 😁
Setuju banget!
DeleteGosip itu sebenarnya kayak bukti TKP yang dikembangkan, hihihi.
Meskipun nggak sepenuhnya benar, bisa jadi salah sangka.
Tapi adakalanya juga bener sangka :D
Kayak si Dian yang terbukti memang nikah sama om-om :D
Btw, saya pernah dengar kata tilik, saya lupa dengar di mana, apa di Jombang ya?
Saya pernah tinggal di Jombang sekitar 3 tahunan soalnya.
Tapi memang, kalau di Surabaya, seringnya saya dengar teman-teman bilangnya nyambangi, dan kalau nggak salah saya pikir malah tilik itu kayak mengintip gitu :D
Tilik ini benar-benar nunjukin realita di dunia nyata saat ini, bahwa yang buruk belum tentu kalah, dan yang baik juga belum tentu menang. :))
ReplyDeleteMungkin nyebelin, tapi toh memang begitu kenyataannya ^_^"
Menurutku, cerita ini sangat relate. Tidak hanya ibu2 Jawa ya. Ibu2 di seluruh Indonesia (bahkan dunia) pasti suka nge-gosip wkwkwk..
ReplyDeleteSebagai orang Jawa, yang tidak bisa Bahasa Jawa (lho). Aku sangat suka menonton film2 seperti ini, jadi bisa sedikit2 belajar Bahasa Jawa.
Btw salam kenal dari aku, Pujakesuma, mbak! :)
*Putera Jawa Kelahiran Sumatera
lately i'm into indonesia horror movie , all i can say how come coward such me watch that kind of movie. I mean its really out of my mind . I never thought it would scared me until i watch and think a lot to go to toilet alone . Overall if they told me to suggest them horror movie , i'll said go to indonesia horror movie then thailand .
ReplyDeleteWah cepet juga ya sekarang udah 9 juta viewers, pas aku nonton baru satu jutaan. amazing banget dah ini film.
ReplyDeleteFilm yang sangat menarik untuk ditonton. Dengan durasi yang tidak terlalu panjang, hanya sekitar 30 menitan bisa membuat penonton suka dengan film Tilik ini. Gara-gara keviralan film ini, banyak juga yang review Tilik. Bagus, bukti film ini memang benar-benar cocok untuk ditonton masyarakat +62.
"internet itu buatan orang pintar, gak bakal salah", kutipan dari salah satu percakapan di film Tilik. Aku rasa dari sini sih berasalnya banyak berita hoax. Film Tilik ini benar-benar menggambarkan kondisi kita di saat sekarang ini. Film yang Bagus sekali
Oh iya kak, udah bikin video dance TikTok lagi? Aku sering liat di story ig wkwk
Filmnya bagus sih menurut saya, sederhana tapi mencerminkan banget kehidupan kita.
ReplyDeleteJustru sebenarnya hal ini yang lebih baik ditonton selain Korea atau apapun itu, dengan gitu kita bisa intropeksi diri.
Asal pada interopeksi diri sih, karena kebanyakan saya liat di medsos pada nyinyirin bu Tejo, pengen kruwes lambenya katanya hahaha.
Lah mereka yang mau ngruwes itu juga tulisannya pengen di kruwes a.k.a samah ajah hahahaha.
Halo Mba Pipit... Salam Kenal!!
ReplyDeleteTilik jadi salah satu short movie terbaik yang pernah saya tonton sepanjang 2020. Latar belakangnya keren, konfliknya juga sederhana tapi ngena banget karena dikehidupan kita sering banget kejadiannya.
Semua karakternya menjiwai, terutama Bu Tedjo. Bu Sinis tukang kompor. Tipe Ibu2 yang sering dihindari sama anak muda kalau pulang ke kampung atau mudik.. wkwkwk
tapi justru itu sensasinya film ini, nggak heran kalau Bu Tedjo Viral.. hahah
Saya setuju dengan pendapat mba. Yang Saya anggap benar, belum tentu bernilai sama dengan POV orang lain. Toh yah intinya yang penting saling menghargai.
Hahahhah gpp mba, bahasan mengembang kemana2 :D. Sing penting ttp terkait, jadi solutip :p.
ReplyDeleteAku sukaaaa nih cerita pendek tilik. Awalnya ragu mau nonton , kirain BHS Jawa semuanya tanpa ada terjemahan. Ternyata pas tau ada terjemahan, baru aku mau nonton. Maklum walo suami Solo, tapi aku blass tetep blm improve bahasa jawanya :D.
Gemeeees yaaa kalo punya temen kayak Bu Tedjo ini :D. Aku biasanya mengindari tipe kenalan seperti ini. Ga kebayang kuping capeeek dengerin segala amunisi dia ttg semua orang :D. Krn aku ga tertarik juga jd yu Ning yg mau repot2, membela orang tp sebenernya ga tau yg dibela itu sepenuhnya baik ato ga :D.
Jadi suka Ama semua film pendek yg ravacana films ini produksi. Bagus2 dan semuanya natural akting para pemain. Ada isi dari setiap movienya pula :D. Walo kdg suka gemes sendiri hihihi
Cerita tilik ini kejadiannya apa yg terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Aku suka banget sama ceritanya. Nonton itu dibuat geregetan😂 Semoga semakin banyak lagi film-film pendek yg berkualitas seperti ini dan bisa nampar banyak orang dengan ceritanya.
ReplyDeleteBelum nonton filmnya mba Pipit, jadi nggak bisa komenin tentang filmnya cuman sekedar tahu kalau itu tentang buk ibuk yang suka ngegosip.
ReplyDeleteMasalah swings mood saat menstruasi, samaaa mba. Saya juga, ditahap parah kadang saya nggak ngomong, bikin kesel emang. Keren si mba bisa mensiasati swings moodnya, soalnya selama ini saya nggak kepikiran, cuman ngasih warn keorang terdekat aja kalau saya lagi haid, otomatis mereka bakal jaga jarak sih, soalnya temperamen habis kadang-kadang.
Apalagi di hari pertama dan kedua plus periode pain, nggak tahu lagi deh mau ngapain haha. Maunya diam aja, jangan ada yang ngajakin ngomong hahaha.
sudah nonton film itu dan sepanjang film ketawa terus. Yaa film tersebut memang benar terjadi dalam masyarakat. obrolan apapun selalu menenami kehidupan, apalagi dalam sebuah perkampungan.
ReplyDeletePlot yang dibangun dalam film tilik sangat meanrik. Obrolan dalam bahasa juga sangat bagus. Walaupun bakal menyulitkan bagi orang yang ga paham bahasa indonesia. Tapi sudah ada subtitle agar paham ceritanya.
apa aku juga sependapat kalao orang Jawa Timur lebih sreg pakai kata nyambangi ya
ReplyDeletesoalnya pas pertama merantau ke Jogja aku juga ga ngeh sama kata tilik
kadang mereka pakai kata niliki
kalau orang Malang kan niliki artinya mencicipi hehehehe
tapi memang film ini sukses menggambarkan abu-abunya kehidupan manusia
pasti ada sisi baik dan buruk dari seseorang
tetapi alangkah nikmatnya mengghibahkan sisi buruk dari seseorang
terutama tetangga kita yang belum bisa bergaul secara luas dengan sekitarnya
ini yang digambarkan oleh bu Tejo dkk
Sama kak, aku pun pas nonton gregetan banget sama karakter Bu Tejo, hehe, gemes juga sama bahasa jawanya ibu-ibu satu truk. dan endingnya yg di luar ekspektasi
ReplyDeleteAku suka banget sama Tilik hahahahaha karena relate banget gaya gosipnya sama kayak orang-orang yang ada di desa tempatku tinggal wkwkwkwk. Bener, manusia ini abu-abu, we all are sinner but let's not making it too much xD
ReplyDeleteIf you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X