Seminggu
terakhir ini pressure dari kerjaan akhir tahun makin kerasa. Aku sendiri mulai
notice, tiap kali pulang kantor, rasanya pingin langsung tidur aja, nggak
pingin ngapa-ngapain. Dan tentu saja ini berpengaruh pada beberapa hal di diriku.
Pertama,
ngeblog. Aku pernah cerita kalau, ngeblog itu kayak kerja. Aku lebih
bersemangat mengeksekusi tulisanku saat jam istirahat kantor, ketimbang pas
nyampe kos. Karena kerjaan kantor bejibun dan nggak bisa ditinggal, otomatis
ngeblog dan blogwalking harus aku korbankan karena kedua hal tersebut tidak
masuk dalam skala prioritasku untuk beberapa minggu kedepan.
Sebenernya
nggak rela, ini juga colong-colongan biar bisa update. Setelah aku ikutan challenge, pinginnya sih aku jadi terlatih untuk terus menulis
bahkan di waktu yang kayak begini. Tapi aku nyerah 😢
Kedua,
emosi. Kerjaan kantor bejibun yang artinya menguras tenaga dan emosiku. Belajar
dari pengalaman 3 tahun terakhir ini menghadapi akhir tahun, selalu ada kejutan
dari permintaan ngadi-ngadi atasan. Bisa dibayangkan gimana emosi bakal naik
turun gara-gara itu.
Setahun terakhir ini, journaling adalah
sahabat setiaku. Ini tuh kayak P3K yang wajib ada selain susu coklat. You know,
kalau emosi nggak dikendalikan dengan baik ini bisa merembet kemana-mana.
Selama
bekerja 4 tahun terakhir ini aku belajar, menjadi profesional itu sulit, memisahkan
urusan pribadi dan kantor itu nggak mudah. Butuh waktu buat menemukan formula
yang pas supaya dua kubu ini terpisah.
I have an
issue pas kerjaan akhir tahun numpuk, but I know I can’t bring that to my
office. Gimana caranya pas nyampe kantor, aku bisa fokus ke kerjaanku dan
menyelesaikannya. And, journaling is the answer for helping me.
Jurnal usangku
ini berisi banyak catatan. Tapi dari sekian banyaknya, favoritku adalah mind
mapping atau pointer yang biasanya aku gunakan untuk digging inside me setiap
kali aku punya masalah.
Bisa
dibilang ini versi advance –nya dear diary kali ya? Kalau dear diary fokus ke
mengakui isi hati, mind mapping lebih kompleks. Ada part mengakui perasaan, mencari
akar permasalahannya, menemukan penyelesaian masalah, dan mengeset ekspektasi
melalui risk management.
Biasanya
ini nggak bisa jadi dalam sehari, tergantung kerumitan masalah yang aku harus
hadapi. Tapi sejauh ini, tipe mind mapping sangat membantuku dalam
mengendalikan emosi serta memisahkannya dari urusan-urusan yang tidak berkaitan.
Ngomong-ngomong
nih, jurnal usangku itu udah mau habis.
Sempet kepikiran mau pesen jurnal yang baru. Dan kemarin aku dapat referensi
yang cucok dari si partner. Apa beli di situ aja ya? Gitu pikirku. Tapi
di akhir bulan November kemarin ada sebuah paketan yang mampir di meja
resepsionis. Tertera untuk aku, dari Kak Eno.
Langsung
cepet-cepet aku buka, karena penasaran sama isinya. Nggak disangka-sangka isinya
jurnal dong! Warnanya hitam (btw, ini warna kesukaanku) dan ada namaku di sana.
Seneng banget!!
Udah
kebayang kalau 2021-ku bakal aku catet di jurnal baruku ini. Mulai dari mind
mapping, to do list, summary dari podcast, online class, belajar bahasa, sampai
rekapan general meeting bareng si partner. Much appreciated Kak Eno, I love
this one! 💓💓
Kayaknya
udah dulu deh, sekarang saatnya mempersiapkan diri untuk kerjaan akhir tahun
yang belum berakhir!! Wish me luck guys!!