Omah Kayu, First Impression Menginap di Rumah Pohon
January 11, 2019
Hello everyone! How’s life? Pas sadar lihat tahun, udah 2019
aja, udah setahun dong nggak ngeblog? Sorry,
kalau tiba-tiba lebay begini, soalnya kesenengan nggak jelas gegara bisa nulis
lagi.
Well, setelah empat bulan nggak kemana-mana, maksud
saya ngetrip secara pribadi, akhirnya drama balada opera sabun akhir tahun
berakhir, saya ngambil cuti kerja dan berniat untuk staycation.
Untuk staycation kali ini, saya nggak ngambil
lokasi jauh kayak biasanya, karena memperhitungkan cuaca yang agaknya nggak bisa
ketebak karena sudah memasuki musim penghujan. Jadilah Kota Batu menjadi
destinasi staycation saya kali ini.
Kalau dari rumah ke Kota Batu hitungannya cuman sejam doang, jadi tinggal ngeng
pake motor, sampe deh..
Penginapan
kali ini agaknya beda dari beberapa tempat yang pernah saya inapi, yah walaupun
nggak berakhir saya review, soalnya
cuman buat bobok sama naro barang doang. Jadi, penginapan kali ini bernama..
duh deg deg an nggak sih? Mau nyebutin aja pake perasaan getaran-getaran cinta
kayak mau ketemu gebetan. Oke, saya terlalu hiperbola. Penginapan kali ini
adalah Omah Kayu.
Buat yang
belum familiar sama Omah Kayu, saya bakal jelasin dikit. Omah Kayu merupakan
salah satu destinasi wisata di Kota Batu, tepatnya terletak di Gunung Banyak dengan
ciri khas rumah pohon. Pengunjung yang datang biasanya berfoto-foto di spot
Omah Kayu karena unik dengan pemandangan Kota Batu, tapi nggak cuman foto-foto,
Rumah pohonnya disewakan juga untuk pengunjung yang ingin menginap.
Wisata Omah
Kayu sendiri udah ada dari beberapa tahun lalu, cuman dari sekian tahun itu,
ini pertama kalinya saya kesana. Kadang kalau dipikir-pikir, ini wisata deket banget,
tapi kayak entaran aja, nyobainnya nggak mau setengah-setengah. Kudu banget
diniatin biar sekalian bisa nginep, nggak cuman foto-foto doang.
Faktanya,
rencana nginep di Omah Kayu pernah hampir saya lakukan bareng temen-temen di
2018, tapi berakhir nggak jadi karena full.
Dan baru kesampaian di awal tahun 2019, nginep di Omah Kayu, yeah!
Sebelum
menginap, jujur saya agak kesulitan untuk reservasi, karena nomor kontak masnya
yang dulu pernah saya hubungi slow
respond banget. Cari-cari dengan blogwalking, nihil pula hasilnya. Jarang
banget yang nyantumin nomor telepon untuk reservasi. Akhirnya nekat nyoba
dengan pake nomor yang ada di ulasan google.
Ada cerita
menarik waktu saya mau reservasi dengan nomor yang tertera di ulasan google.
Jadi gini, saya sempat bertanya pada sebut saja Bapak Sukidi untuk harga sewa
Omah Kayu.
Pipit : “Untuk
harganya berapa ya Pak?”
Sukidi : “500
ribu Mbak per malamnya.”
Pipit : “Harganya
sudah naik ya Pak? Saya lihat di beberapa review,
untuk weekday 350 ribu per malamnya?”
Sukidi : “Sudah
naik sejak 2 tahun lalu mbak, karena kita sewa lahan dari perhutani.”
Pipit : Nggak percaya dan mulai kroscek via
instagram. Harga masih 350 ribu, dan update terakhir tanggal 18 Desember 2018,
screenshoot, kirim ke Sukidi.
“Pak mohon
maaf saya minta konfirmasinya, di sini masih tertera harga 350 ribu”
Sukidi : “Karena
nggak pernah update.”
Pipit : “Update nya tanggal 18 Desember 2018 Pak,
berarti belum ada sebulan ini Pak.”
Sukidi : “Ya
udah kalau gitu, booking aja disitu.”
–disertai kirim foto invoice orang-orang
yang pake jasa Sukidi, ini orang jadi ngegas
Pipit : “Ngapunten Pak, bukan maksud saya untuk
tidak sopan, saya hanya ingin Bapak konfirmasi saja, ngapunten kalau Bapak jadi salah paham, sekali lagi saya mohon maaf
Pak.” *emot mohon maaf hanya sekedar mengingatkan*
Sukidi : “Nggak
jadi nggak masalah Mbak, kita banyak permintaan kok.”
Pipit : “Ahsiyap!”
Begitulah
kira-kira opera sabun ala Pipit dan Sukidi. Nggak nyangka kalau bapaknya masih
ngegas, hahaha.. Untungnya saya dapat nomor kontak lain yang memang harganya
masih sama seperti kebanyakan review
yang berseliweran.
Invoice jadi, tanggal 9 Januari saya berangkat ke
lokasi Omah Kayu. Waktu itu ada instruksi, untuk check in jam 17.00 WIB dan check
out di keesokan harinya jam 08.00 WIB. Tapi penginap diperbolehkan untuk
datang lebih awal menaruh barangnya. Jadilah saya datang jam 16.00 WIB untuk
tinjau lokasi, udah berasa kunjungan kerja DPR.
ROOM
Omah Kayu
sendiri terdiri dari unit mini dan keluarga. Mini untuk kapasitas 2 orang
sedangkan keluarga mampu menampung 5-7 orang. Saya sendiri pesan yang mini
karena niatnya emang pingin sendirian tapi gagal, hehehe. Waktu tahu wujud Omah
Kayu mini agak terkejut dikit sih. Jadi rumah pohonnya itu emang bener-bener
mini dalemnya, cuman berisi kasur yang cukup untuk 2 orang, selebihnya ada
tempat rak gitu dipojokan sama gantungan baju. Dimasukin 2 orang aja udah penuh
banget. Yang bikin keren itu, dari balkon rumah kayu kalian bakal disuguhin
pemandangan city lights di malam
hari.
Untuk
kenyamanan so so lah, kasurnya empuk
kok. Cuman agak nggak nyaman sama jendelanya, karena ada yang nggak ditutupin
gorden, jadi kelihatan dari luar. Oh satu lagi, karena ini rumah pohon, jadi
harap maklum kalau pintunya nggak bisa kita kunci dari dalam.
Kamar
mandinya sendiri terpisah dari bangunan rumah pohon, tapi tenang pemirsah,
kamar mandi penginap dan pengunjung beda. Untuk kamar mandi penginap disediakan
hot and cold shower, jadi nggak perlu
khawatir kedinginan kalau mandi. Selebihnya untuk kebersihan, lumayan lah.
Cuman yang disayangkan penerangan yang sangat minim, jadi kudu hati-hati kalau
mau ke kamar mandi, saya sempet hampir jatuh soalnya.
FOOD
Seperti
kebanyakan penginapan, Omah Kayu memberikan sarapan di pagi hari berupa nasi goreng.
Nanti petugasnya akan datang nganterin nasi goreng ke rumah kayu di pagi
harinya.
FASILITAS
LAINNYA
Mungkin
lebih tepatnya wisata yang lainnya. Bosan di rumah kayu, kalian bisa ke Taman
Langit, buka dari pagi sampai jam 00.00 WIB. Saya sendiri nggak terlalu
tertarik, jadi tetap stay di rumah
pohon. Saran aja sih, kalau nginep di sini, bangun pagi-pagi deh, soalnya bisa
liat sunrise dari jembatan yang ada
di sekitar area rumah pohon.
PLUS
- Dekat dengan wisata lainnya, seperti Taman Langit dan Paralayang, tinggal jalan kaki nyampe.
- Konsep back to nature nya dapet, apalagi pas malem-malem, sunyi dan sepi, jauh dari hiruk pikuk kota, cocok buat yang suka ketenangan.
- Udaranya bersih.
- Kamar mandi penginap yang berbeda dari pengunjung disertai dengan hot and cold shower.
- Nggak perlu takut kelaparan, soalnya banyak warung di kompleks Omah Kayu.
MINUS
- Penerangan sangat minim, bisa pinjam senter sih di resepsionis, tapi kalau lagi rame penginap, ada baiknya bawa sendiri.
- Kalau mau menginap lebih dari semalam, mungkin sebaiknya diurungkan. Pihak Omah Kayu tidak memberikan privasi untuk penginap ketika kita menyewa rumah kayunya. Jadi pengunjung biasa diperbolehkan nongkrong di rumah kayu yang kita sewa waktu Omah Kayu buka, makanya waktu check in jam 17.00 WIB dan check out nya jam 08.00 WIB keesokan harinya, soalnya ini jam tutupnya Omah Kayu.
- Nomor kontak untuk reservasi resmi tidak tertera jelas. Jadi harap berhati-hati untuk teman-teman yang berniat mencoba menginap di Omah Kayu. Takut-takutnya kayak kasus saya sama Sukidi.
- Lumayan merogoh kocek, Rp. 350.000,- per malam dengan fasilitas tanpa wifi
RATE
Saya
memberikan 2.5/5 untuk Omah Kayu, mungkin kalau penerangannya memadai,
terjaganya privasi, dan rasa nasi goreng yang oke, bisalah 3.
COAST
1. Tiket masuk dan parkir Rp. 20.000,-
2. Menginap di Omah Kayu semalam Rp. 350.000,- (harga weekday)
LOCATION
Omah Kayu
Gunung Banyak, Kota Batu, Jawa Timur
12 komentar
Aalam kenal mbak aku dri Blitar.jadi pengen juga nginep di sana hehe
ReplyDeletePit kayak e seru
ReplyDeleteCuma gak bersahabat dg yg bawa baby yah hehe medan menuju kesana gimana? Bisa ditempuh kendaraan apa??
Dari konsepnya sih menarik ya, tinggal manajemennya aja bisa mengelola lebih baik.
ReplyDeleteDulu masih bisa camp di gunung banyak deh kalo ga salah. Aku pernah nenda di bukit paling atas wkwkk. Di situ udah ada calon villa atau semacamnya yang belom jadi. Dua lantai. Entah sewa per malamnya berapa.
ReplyDeleteHoror juga kalau pintunya nggak bisa di kunci & jendela ne nggak ada korden. Tapi aman kan ya, itu?
ReplyDeleteWaduh, privasi buat saya penting sih. Pengalaman menginap di tempat-tempat sebelumnya yang menyepelekan privasi, nggak enak banget.
ReplyDeleteAnd.. kalau nggak ada wi-fi, apakah provider lain bisa digunakan di sini? Ini buat saya penting soalnya. Hehe.
Kayaknya keren ya, nginep di rumah kayu. Tapi kalau malam-malam kebelet, repot ya.
ReplyDeleteWaah, kurang privasi penginap kurang diperhatikan yaa. apalagi jam check in-check out nya sangat cepat. Kayaknya juga kurang menikmati yaa?
ReplyDeleteTapi konsep back to nature sangat keren
nampak bahagia kali hasil fotonya, hahaha
ReplyDeleteini bisa jadi pilihan bagus kalau mau stayvacation unik, suka sama view yang ditawarkan, apalagi malam2, lagi purnama, bareng pasangan,,, haha
Y ampun lucu benggggggaaaatttt!!!
ReplyDeleteSeru banget ini ya Allah.... pengen ke sini... tapi baca minusnya jadi serem.
bapaknya bikin esmosi yes. itu kalo aku sih aku ladenin... haha... panjang urusan lah.
Lama tak mampir di blogmu, pit. Makin keren aja desainmu plus editing kameranya. Eh, kameranya yg bagus maksudnya. Hehhe.
ReplyDeleteBtw, selamat datang kembali, ya pit. Aku seneng banget bisa sama-sama kembali ke dunia maya ini.
Bicara soal omah kayu, aku suka bgt sama viewnya. Serius. Kalo soal fasilitas, jelas kurang suka sesuai yang kamu bilang minusnya itu.
Tapi, buat foto-foto okelah ya pit?
Menarik nih. Suasana alam terasa banget. Cocok untuk ngajak keluarga nih.
ReplyDeleteTrims ulasannya mba
If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X