Beberapa hari kemarin ada kabar duka yang datang dari salah satu idol kpop, bernama Kim Jonghyun, yang ditemukan tidak bernyawa di apartemennya dikarenakan bunuh diri. Kim Jonghyun sendiri merupakan salah satu anggota dari boyband  Shinee yang bernaung di bawah agensi SM Entertaiment.

Saya sendiri kaget, saya bukan penggemar berat kpop, tapi sebagai orang yang tumbuh dengan mendengarkan musik kpop, saya ikut bersedih, dan serasa flashback di masa remaja, yang mana saya mendengarkan lagu-lagu kpop dari DBSK, Suju, SNSD, Shinee, dsb yang populer kala itu, jadi ada memori tentang mereka yang menemani masa tumbuh remaja saya.

Namun ada sesuatu hal yang menarik untuk ditelisik, tanggapan netijen soal Bunuh Diri dan Palestina. Banyak sekali pro dan kontra antara netijen kpop dan non kpop yang memperdebatkan soal Kematian Jonghyun akibat bunuh diri dengan keadaan Palestina yang tengah genting.

Saya sempat melakukan survei kecil-kecilan beberapa waktu lalu, dengan responden dari teman-teman saya sendiri, saya mengajukan pertanyaan, “Tempat wisata di Kabupaten Kediri yang berkesan buat kamu?”. Hasilnya? Jangan ditanya, sangat beragam, karena Kabupaten Kediri memiliki banyak tempat pariwisata untuk kalian kunjungi saat berlibur kesini.

Ada Simpang Lima Gumul yang merupakan Arc de Triomphe-nya Indonesia, Gunung Kelud, Kampung Indian, Air Terjun Dholo - Irenggolo, serta banyak lagi. Merasa kurang? Butuh liburan tapi mau dapet ilmu juga, main aja ke Kampung Inggris.

Mungkin, kalau saya jabarkan satu-satu, postingan blog ini nggak bakal habis, sampai jilid keberapa baru deh nemu akhir yang indah, kayak saya yang menanti jodoh, ‘curhat bu?’

Dari sekian banyak pilihan menarik atas wisata di Kabupaten Kediri, saya berpikir keras, ini pilihan yang sulit. Tapi kalau dipilih semua nggak bakal maksimal dalam satu postingan. Apa perlu saya tapa bisu biar dapet wangsit? Ya kali.. bakal lama, 40 hari 40 malam, capek, akhirnya lupa kalau harus update blog.

Tiba-tiba saya teringat cerita teman, dia sempat cerita, “Coba deh Pit, kamu main ke  Dholo pas pagi gitu, sensasinya beda!”. ‘Kayaknya menarik nih’.

“Em, gimana kalau kita ke Dholo Sabtu depan? Tapi berangkatnya jam 5 pagi, mau nggak?”

“Pagi bener mbak? Emang mau cari apaan pagi-pagi disana?”

“Mau nyari sensasi baru, oke ya? Kita kesana sabtu depan, nanti kamu tidur dikosku aja.”

“Iya deh, aku nurut aja Mbak.”

Kalau ngomongin kisah cinta, apa sih yang ada dipikiran kalian? Romantis, tragis, dilema, atau biasa aja? Kalau saya pribadi lucu. Iya lucu, soalnya langsung inget cerita jaman SMP dulu, cinta-cinta monyet anak baru gedhe yang konyol.

Well, kenapa saya ngomongin kisah cinta? Jadi gini, minggu ini saya ditodong sama member Enchanting Ladies buat bikin tema. Tiba-tiba kepikiran, kenapa nggak kisah cinta aja? Kisah cinta yang berkesan. Terinspirasi dari kisah cinta monyet yang saya alami kala masih anak ingusan, makanya langsung tercetus tema itu.

Bulan lalu saya mencoba hal baru dalam sejarah perpiknikan yang pernah saya lalui yaitu.. NGINEP DI HOTEL. Mungkin agak nyeleneh, soalnya buat kita-kita yang budget-nya terbatas, yang namanya nginep di hotel serasa pantang, karena sebisa mungkin meminimalisir pengeluaran untuk kebutuhan piknik yang lainnya. Kali ini beda, saya mau ngelakuin hal yang berbeda dari biasanya, dengan target penginapan yang punya desain unik, saya rasa staycation ini bakal asyik.

Pipit banting setir jadi beauty blogger?

Apa?!? Pipit jadi beauty blogger?

Tenang kawan-kawan, nggak usah panik gitu, heboh banget sih tetiba saya ngebahas dunia per-skincare-an. Asli ini mah sayanya yang kepedean. Jadi begini, latar belakang kenapa saya membahas soal skincare padahal ini lagi musim manga. Jadi seperti biasa, setiap hari kamis jadwal postingan bareng grup Enchanting Ladies, eh tiba-tiba saya ditodong sama Rhos buat ngasih tema. Ya kali bisa langsung nyeplos, yaudah saya ngeles aja buat semedi dulu. Eh tiba-tiba Mude memberikan ide tema skincare dan makeup andalan. Fiuh.. selamet deh, ada pertolongan, padahal saya nggak mencet 0809-8-9999. *sorry jokes-nya garing

Jadi kesimpulannya, hari ini saya mau sharing ke kawan-kawan semuanya, skincare andalan atau mungkin terfavorit saat ini versi HEY! PIPIT.  Sebelum kita mulai, throwback dulu nih, buat kawan-kawan yang ngikutin perjalanan kulit saya di Me VS Acne 1 dan Me VS Acne 2, pasti tahu kalau muka saya ini sensitif dan mudah sekali berjerawat.

Nah, semenjak perjuangan di Me VS Acne 2, saya mulai suka sama perawatan mingguan seperti peeling dan masker. Sebenernya sih jaman baheula dulu pake perawatan mingguan juga, tapi rasanya seperti menyiksa, soalnya peeling yang saya pakai teksturnya kasar dan terasa sakit saat diusap dikulit, jadi pakainya nggak berlangsung lama. Terus mulai menekatkan diri rajin facial di dokter kulit karena kondisi muka parah di Me VS Acne 1, dan itu sakit!! Sampai akhirnya sekarang udah nggak facial lagi karena saya sudah menemukan perawatan mingguan yang cucok meong.

Setelah memendam lama atas rasa ingin tahu akan Gili Labak, akhirnya mimpi saya terwujud untuk menginjakkan kaki di sana. Tapatnya bulan September 2017, saya dan Deasy, kami berdua memutuskan untuk ikut open trip ke Gili Labak. Buat kawan-kawan yang belum tahu soal Gili Labak, saya akan menjelaskannya sedikit.

Tema minggu ini, travelling yang paling berkesan, deadline postingan Kamis, 16 November 2017. Begitulah kira-kira woro-woro dari Ros di grup Enchanting Lady. Ini tema yang menurut saya sulit, karena setiap perjalanan punya ceritanya masing-masing. Tapi karena susahnya ada rasa tertantang untuk mengeksekusinya.

Sampai Rabu malam kemarin, saya mencoba memilah dan memilih, mau cerita senang atau sedih yang harus saya bagi? Kayaknya kalau seneng udah banyak, asyikan yang sedih nih buat dibagi-bagi. Yah walaupun dokumentasinya bakal nggak ada, tapi nggak ada salahnya dicoba.

Saya bukan dokter kulit atau ahli kecantikan, tulisan ini hanya bertujuan untuk share pengalaman kepada teman-teman pembaca semuanya.

Kalau teman-teman mengikuti blog ini, pasti masih inget kalau setahun yang lalu saya pernah membahas tentang Me VS Acne (bisa klik di sini). Masih jelas teringat, kulit saya bersih sejak Agustus 2016 setelah jerawat parah dan butuh penanganan dokter. Tapi, sejak Mei 2017 saya mulai berjerawat kembali.

“Gimana Put? Udah dapet belum motornya?”

“Belum Pit, kata adeknya nggak ada.”

“Terus gimana nih kita? Tetep jadi ke Lumajang?”

“Udahlah jadi aja, aku coba hubungi angkatan kita yang di Lumajang, siapa tahu ada pencerahan.”

Esok harinya..

“Pit ada kabar gembira?”

“Naon? Kulit manggis ada ekstraknya?”

“Serius nih! Pokoknya kabar tergembira!”

“Apaan emang?”

“Jadi kemarin si Nopi nanyain ke Mas Ricko soal perjalanan kita ke Lumajang. Nah, kabar baiknya, kita bakal dikasih fasilitas buat ke B-29 sama Mas Riko!”

“Duarius?”

“Serius keleus!”

“Mbak Pungky…! Maaf ya aku telat..”

“Santai aja Pit, aku juga baru dateng kok. Udah check in belum? Buruan check in dulu.”

“Oh iya ya check in dulu. Bentar ya Mbak Pungky.”

Nggak nyangka, mimpi apa saya bisa jalan bareng Mbak Pungky ke Bali. Rejeki anak sholehah. Siapa sih yang nggak kenal Mbak Pungky Prayitno? Blogger kece asal Purwokerto yang udah malang melintang kemana-mana. Buat yang belum kenal, coba deh main-main ke blognya Mbak Pungky di galaxypungky.com.

Kembali lagi dengan perjalanan saya dan Mbak Pungky. Pukul 16.45 WITA kami tiba di hotel. Kegiatan akan dilanjutkan esok pagi, saya langsung menuju kamar hotel setelah pembagian kunci. Saatnya beristirahat dan menimbun pundi-pundi energy untuk kegiatan besok.

Banyak banget fotografer yang lebih memilih memakai jenis file RAW ketimbang JPEG untuk hasil foto. Saya pun yang baru anak bawang di dunia fotografi ingin juga mencobanya. Soalnya banyak fotografer yang bilang kalau pas diedit nanti bagusan pakai RAW.

Sampai akhirnya, saat travelling ke Lumajang kemarin saya memberanikan diri mencoba memotret dengan hasil file RAW di kamera Fujifilm XA-3 yang saya miliki. Awalnya sih asyik-asyik aja, berasa kayak fotografer pro gitu lah, “Pokoknya kalau udah sampai rumah mau aku edit”.

Sebelumnya

Photo, It Cannot Happen Twice Part I

Memang prinsip person behind the gun itu penting. Tapi kalau mau naik level, ya harus upgrade. Beli kamera, iya saya mau banget. Sayangnya kamera incaran saya Fujifilm Mirrorless XA-2 sudah discontinued. Terus gimana? Fujifilm Mirrorless XA-3 jadi pilihan. Kamera ini merupakan generasi penerus dari XA-2. Singkat cerita, akhirnya saya beli kamera, yeeay!! Tapi, bukan berarti beli kamera udah beres.

“Tong, pokoknya jangan sampai zonk lagi!”

“Tenang Kak, nggak bakal zonk kayak dulu itu, dijamin, pantainya keren..”.

Berawal karena zonk, rasa-rasa ada trauma tipis yang melekat di memori. Yang sudah pernah menyambangi pantai di Kabupaten Malang pasti tahu, jauhnya pantai disana kayak apa, bahkan ketika kalian memulai perjalanan dari Kota Malang, setidaknya butuh tiga jam untuk mencapainya. Jadi wajar, kalau saya mewanti-wanti si adik, menyakinkan diri kalau pantai yang saya kunjungi kali ini waras, daripada yang dulu itu.

“Pit, masih kuat kan?”, begitulah kata seorang teman yang nggak enak sama saya gara-gara lintas medan menuju tempat wisata, Perjalanan dengan kendaraan bermotor yang kami tempuh selama kurang lebih dua jam, kembali dihantam, dengan jalan kaki kurang lebih 2 km dari tempat parkir. Untungnya saya bukan tipe wanita princess yang nggak bisaan jalan kaki di daerah yang penuh becek dan lumpur, karena saya terlahir beringasan, muahahaha..

Saat SMA dulu sempat terbesit keinginan untuk menikah muda, pokoknya aku harus nikah pas umurku 21 nanti, kira-kira begitulah keinginanku dulu. Tapi ketika Emak menyekolahkanku di bangku perkuliahan, keinginanku untuk menikah muda lantas hilang. Rasa-rasanya aku mendapatkan ilham bahwa sejatinya masih banyak hal yang perlu aku lakukan sebelum aku menikah, walaupun untuk masyarakat disekitarku pemikiranku ini bagaikan malapetaka. Sampai akhirnya aku lulus kuliah dan emakku mulai menunjukkan gelagat.

Jadi bulan Maret kemarin saya ke Singapura!

Sombong amat nggak sih kalimatnya kalau kayak gitu? Tapi emang tujuannya buat ngasih tahu kalian kan yah? Ah bodo amat deh, ngetik pembukaan aja ribet banget.

Sebagai anak desa yang paling banter cuman main ke desa sebelah, dengan Kuasa-Nya akhirnya anak desa ini bisa menginjakkan kaki di negeri orang (asli kalimatnya udah kayak menang kontes D’ Academy). Saya nggak bakal banyak cincong, gimana perjalanan saya dan ngapain aja, NGGAK!  Wong saya pake agen travel, jadi ya you know lah, nggak ada yang menantang.

Jadi beberapa hari kemarin Zahrah (www.zharnd.net) nge-dm via instagram, doi nawarin bisnis MLM yang paling baru, ya kali…!! Jadi Zahrah ini nawarin buat bikin postingan “What’s in My Travel Makeup Pouch”. Awalnya ragu, tapi malah mupeng gara-gara Laili (www.khoirurosida.com) ngepost juga soal travel makeup pouch-nya, kayak semacam perasaan iri-iri gemyes pingin nikung gebetan doi gitu, ya kali..!!

Langsung aja yes ke topiknya. Travel makeup pouch incess ribet isinya, sampai malu kalau saya tunjukin ke kalian semua, untung Zahra ngasih tahu, nggak harus yang lengkap, cukup yang memang di bawa kemana aja, Alhamdulillah.. nggak jadi malu (begitulah intinya). Dari sekian banyak hal yang seharusnya incess tunjukkan ke kalian semua, hanya ada tiga barang penting yang wajib saya bawa kemana aja.

Piknik dadakan itu kayak main judi, kalau menang seneng banget, kalau kalah apes! Tapi seninya piknik dadakan itu bukan dari hasilnya, gimana esensinya kita nikmatin setiap keputusan yang kita ambil, menikmati perjalanan yang kita lalui walaupun pake nyasar dan akhirnya sadar, jangan sering pake google maps, tanya orang juga biar nggak kesasar.

Jadi, tanggal 15 Maret kemarin tepatnya saat pencanangan libur nasional baru, saya yang sejatinya wanita karir ini *kibas jilbab*, senengnya bukan main. Bawaannya pingin piknik, tapi nggak tahu kemana. Sampai akhirnya bangun subuh, lari pagi dilanjut renang, saya dan Deasy, mikir mau kemana abis ini, kalau balik ke kos mati gaya dong, ngemall? Ah apaan tuh? Sampai akhirnya kita mending sarapan dulu, karena perut lapar adalah kekejaman yang tidak termaafkan.

Salah satu wisata paling populer di Jawa Timur apalagi kalau bukan Bromo. Coba deh kalian liat iklan pariwisata Indonesia, film, FTV, pasti ada selipan Bromo di dalamnya. Kayaknya ke “eksisan” Bromo belum lekang oleh wisata-wisata yang lain. Dan bersyukur banget, bulan Januari kemarin, saya berkesempatan menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Bromo.

Sebenernya nggak ada niatan buat main ke Bromo, tapi biasalah anak muda, bilangnya kondangan, tapi ada aja yang dipikirin, mau kemana lagi? Masak kondangan jauh-jauh nggak main kemana-mana, iye nggak? Diputuskanlah Bromo, karena mumpung kondangannya di Kota Pasuruan, rasanya sayang kalau nggak mampir ke sana.