Indonesia Mampu dengan Jamu
August 24, 2013source |
Jamu, pasti sudah banyak yang tahu obat tradisional Indonesia ini. Tapi sebanyak orang yang tahu tentang jamu, namun sayangnya banyak pula yang tidak menyukai warisan nenek moyang kita ini. Terbukti saat praktek lapangan saya di Jogja, alhamdulillah ada tukang jamu gendong, dan saya tidak akan menyiakan saat-saat minum jamu yang nikmat dengan meneguk segelas kunir asem, namun ketika saya sodorkan pada teman saya, anak NTT, dia menolak dengan alasan tidak suka.
Miris juga dengan keadaan seperti itu, tanya kenapa? Jamu telah diajukan sebagai warisan kebudayaan dunia pada UNESCO. Seharusnya hal ini semakin membuka masyarakat Indonesia agar mencintai betul salah satu budaya Indonesia.
Jujur saja, saya tidak serta merta menyukai jamu saat pertama kali mengetahuinya. Tidak seperti sekarang, dulu saya tahu jamu dari pedagang jamu yang sering berjualan di komplek rumah. Ibu sering sekali membeli kunir asem dan godokan daun sirih, saya juga sempat disuruh minum jamu beras kencur, tapi saya menolak karena saya tidak suka dengan rasanya.
Ditambah lagi saat saya kena kremi (cacingan pada anak-anak), saya yang saat itu masih kecil parno kalau sampai besar nanti tetap cacingan, sampai-sampai beli obat cacingan di apotik tetap saja tidak hilang, sudah banyak botol yang saya habiskan pula. Sampai pada akhirnya saya disuruh minum jamu parutan nenek saya dari tanaman temu ireng (temu hitam) depan rumah. Ternyata rasanya yang amat pahit mampu membuat saya terlepas dari cacingan setelah beberapa kali minum.
Sayangnya hal ini menguatkan saya kalau jamu itu tidak enak, sampai akhirnya saya menginjak masa puber, saya mulai dilanda bau badan. Bingung? Pasti! Kenapa? Ini membuat saya tidak nyaman dan tidak PD karena bisa dijauhi teman-teman saat itu. Sekali lagi, kali ini Ibu saya membuatkan jamu dari daun beluntas, biasanya orang Jawa mengolahnya menjadi botok, namun kali ini Ibu saya membuat variasi berupa air perasan daun beluntas untuk saya minum. Hasilnya, dalam seminggu saya minum 2-3 kali bau badan saya hilang. Namun tetap dianjurkan minum paling tidak 1-2 minggu sekali agar bau badan tetap segar.
Akhirnya saya mulai menyukai jamu, dikarenakan khasiatnya yang lebih "tokcer" ketimbang obat-obatan apotik. Setiap kali ada tukang jamu lewat, pasti tidak ketinggalan kunir asem dan godokan daun sirih. Rasanya segar, cocok untuk cewek-cewek, karena kunir asem dan sirih berguna mengatasi sakit keputihan, haid tidak lancar,, kram perut saat haid, dan menyegarkan bau badan.
Tapi sekarang, saat saya tinggal di Jatinangor, Sumedang, sangat sulit bagi saya untuk menemukan jamu, apa mungkin jamu hanya dikenal masyarakat Jawa saja? Entahlah, kalau seperti ini saya semakin takut tidak bisa minum jamu lagi bila masyarakat Indonesia yang tahu jamu hanyalah orang Jawa saja. Ditambah lagi anak-anak jaman sekarang mana doyan dengan sesuatu yang berbau jamu dan opini masyarakat yang kebanyakan mengandalkan obat-obatan kimia.
Kenapa kita tidak memanfaatkan kekeyaan tanah Indonesia ini, segala macam tumbuhan terkhusus tumbuhan berkhasiat untuk kesehatan mampu hidup dan tumbuh subur. Masyarakat dulu lebih percaya dengan anugerah Tuhan berupa tanaman-tanaman yang akhirnya diolah menjadi jamu, karena khasiatnya yang lebih manjur serta tidak merugikan bagi tubuh.
Salut dengan masyarakat yang mampu memberikan revolusi pada jamu agar semakin diminati. Es krim jamu menjadi inovasi agar anak-anak baik orang tua mau mengkonsumsi jamu dengan cara yang asyik. Jaman boleh berubah, namun tak ada salahnya membuat sebuah kreasi baru untuk pelestarian warisan budaya Indonesia. Apabila kita mampu, budaya ini akan bertahan agar anak cucu kita tahu betapa Indonesia sungguh hebat karena alamnya memberikan sebuah anugerah berupa jamu sebagai budaya dan salah satu cara untuk hidup sehat. Tak hanya itu, bila kontribusi jamu berhasil kedepannya tak hanya tubuh kita yang sehat, namun ini sebagai peluang usaha yang mampu mengangkat perekonomian Indonesia, karena jamu berasal dari tanah kita sendiri, Indonesia.
Refrensi:
15 komentar
gue juga sekarang nggak pernah beli jamu. dulu pas kecil, suka dikasih yang dari bibi-bibi gitu. manis...
ReplyDeletenggak tau namanya yg mana ._.
klo ga salah dulu minum yang beras kencur deh
ReplyDeletehidup produk asli Indonesia
Gue sampe sekarang masih suka jamu sih. Tapi, yang gue suka cuma beras kencur aja. Jujur, yang lain gue belom pernah nyobain. Soalnya keliatannya nggak enak. Jadi gue nggak mau deh pit hehehe.
ReplyDeleteSaya pengen juga ikutan ini tapi masih belum sempet nulis. Good luck buat lomba blognya. :)
ReplyDeleteGue pernah minum jamu dulu, pas masih kecil. Pait banget deh, sampe sekarang nggak pernah minum lagi. Gue cuman suka sama yang warna putih itu tuh, yang manis kayak susu. Namanya apa, ya?
ReplyDeleteblom pernah nyoba jamu yg aneh2, pernahnya cm jamu beras kencur pas jaman kecil suka banget tuh :D
ReplyDeletesaya buka usaha jamu kecil2an nih. bikin jahe instant. siapa tau mau pesen #promosi hihih
ReplyDeleteSemoga produk jamu Indonesia semakin dikenal masyarakt luas ddan tetap diminati oelh anak bangsanya sendiri. Sukses untuk lombanya Mba.
ReplyDeleteSalam wisata
Btw, dirumah gue tukang jual jamu udah mulai nggak ada deh.
ReplyDeleteGue dari dulu sampe sekarang masih suka jamu. Tapi, sekarang udah jarang minum jamu. Udah jarang juga ada tukang jamu yang lewat depan rumah. Dulu sih sering minum jamu yang namanya "Buyung Upik", dan rasa yang paling gue suka cuma jeruk. Tapi sekarang, kalo nggak salah beras kencur. Hehe :))
ReplyDeletegue sukanya beras kencurnya. Tempat gue yang jualan bapak-bapak sih, sampe sekarang masih suka lewat tiap kamis minggu :D. Coba aja disekolahan itu diajarinnya tentang manfaat tumbuhan disekitar kita, pasti setiap rumah akan punya toga.
ReplyDeletehuaaa jamu gue suka nih! tapi yg manis2 aja. yg pait kurang suka :3
ReplyDeleteHIDUP BERAS KENCUR.... HAHAHAHA
ReplyDeletekebanyakan semua yang disuka cuma itu termasuk gue.. mungkin karena kebiasaan dari saat kita kecil dulu kali ya.,.
Kak Pipit, follback blog aku ya :D
ReplyDeletekak-bi.blogspot.com
Makasih :)
saya suka jamu.
ReplyDeletelebih manjur dan aman dikonsumsi
If you have no critics you'll likely have no succes ~Malcolm X